Jumat, 24 Desember 2010

Mengenal Lebih Dekat Sosok Asisten Pelatih Timnas [ Wolfgang Pikal]

Pelatih tim nasional Indonesia, Alfred Riedl, tidak pernah menghadiri konferensi pers jelang laga. Tapi, tidak pernah keluar nada-nada protes dari pers Indonesia. Mengapa? karena Wolfgang Pikal ada di sana. 


Sebagian atau bahkan seluruh jurnalis Indonesia merasa sangat terbantu saat Pikal berada di belakang mikrofon. Itu karena ia sangat fasih berbahasa Indonesia, hal yang belum dikuasai Riedl. "Pelatih Riedl memilih untuk tidak menghadiri konferensi sebelum laga. Ia mengatakan tidak wajib baginya untuk menghadiri sesi tersebut sehingga ia meminta saya untuk pergi dan dia memberikan saya kepercayaan untuk berbicara atas nama tim," ujar Pikal kepada www.affsuzukicup.com.
Selain menggantikan Riedl di konpers jelang laga, pria berusia 43 tahun ini juga berkewajiban menerjemahkan komentar Riedl di konferensi pers pascalaga dan tentu saja membantu Riedl dalam sesi latihan. Ia sering terlihat memimpin Firman Utina cs. melakukan pemanasan dan mempersiapkan presentasi yang bakal digunakan tim untuk membicarakan taktik di laga berikutnya.

"Ia (Riedl) tahu bahwa Bahasa Indonesia saya cukup bagus dan saya juga bisa melatih," ucap Pikal. "Saya tahu bagiamana cara dia melatih dan apa yang ia inginkan saat kami membicarakan taktik. Jadi, saya mencoba membuat presentasi di komputer sebelum kami mendiskusikannya. Saya kemudian memberikan presentasi kepada para pemain dalam Bahasa Indonesia dan pelatih akan menghentikannya saat ia ingin mengutarakan pendapatnya kepada para pemain," papar Pikal.

Pikal berasal dari Austria, sama seperti Riedl. Ia juga pernah menjadi seorang pesepak bola, sebagai gelandang tepatnya, bagi klub divisi dua Liga Austria, SR Donaufeld, dan klub divisi tiga, SK Baumgarten, sebelum cedera engkel mengakhiri karier bermainnya pada 1989, saat ia baru berusia 22 tahun. Lantas bagaimana ceritanya sehingga ia bisa begitu fasih berbahasa Indonesia?

"Saya memiliki uang untuk berkeliling dunia. Saya mengunjungi banyak negara hingga akhirnya mendarat di Bali, di mana saya bertemu wanita yang kemudian menjadi isteri saya. Saya berkesempatan memulai bisnis di bidang tekstil dengan dia pada 1990 dan mulai menetap di Indonesia," kisah Pikal.
"Saya tidak terlibat dalam dunia sepa bola selama 10 tahun, tapi pada 1999, saya mulai melatih di Bali. Dick Buitelaar, pelatih asal Belanda yang pernah melatih tim Eredivisie, NAC Breda, saat itu melatih di klub lokal, PS Perseden Denpasar. Ia mengatakan bahwa saya memiliki bakat untuk menjadi pelatih dan mendorong saya untuk mendapatkan lisensi kepelatihan," sambungnya.

Pikal yang cepat belajar kemudian sukses mengumpulkan lebih dari 20 jenis sertifikat kepelatihan sepak bola. Ia juga pernah mengunjungi klub-klub besar Eropa, termasuk Arsenal, Aston Villa, dan Ajax Amsterdam untuk meningkatkan kemampuan melatihnya. Dan Pada 2008, ia memulai kisah dengan Riedl setelah mendapatkan alamat email eks pelati timnas Vietnam tersebut dari seorang teman.

"Saya berbicara dengan dia mengenai kepelatihan dan saya memberikan beberapa DVD kepelatihan kepadanya lewat adik iparnya di Austria. Ia sepertinya sangat menghargainya. Ketika itu ia melatih di Haiphong (klub Vietnam) dan saya terbang ke sana untuk menemuinya," jelas Pikal.

"Saya menghabiskan dua pekan di sana untuk melihat semua yang ia lakukan dan kami akhirnya menjadi teman dekat. Ketika saya pulang, ia mengatakan akan menghubungi saya jika ia mendapatkan pekerjaan di Indonesia," sambungnya.
Riedl pun menepati janjinya dengan menunjuk Pikal sebagai asisten ketika ia dipercaya PSSI untuk menukangi tim nasional Indonesia, Maret 2010. Pikal bangga bisa mendapatkan kesempatan bekerja untuk Tim Garuda karena ia merasa sudah seperti orang Indonesia. Meski bgitu, ada sisi-sisi Austria-nya yang tidak ingin ia hilangkan.

"Saya masih merasa seperti orang Austria dalam hal menghadirkan disiplin dan etos kerja yang diperlukan saat berlatih dan bermain," ujarnya.

"Tapi, saya juga merasa sangat Indonesia karena sudah tinggal di sini selama 20 tahun. Saya menikah dengan wanita Indonesia. Saya punya anak yang berkewarganegaraan Indonesia, saya cinta negara ini dan orang-orangnya. Untuk membantu Indonesia memenangi Piala AFF tentu saja sangat berarti bagi saya," tutupnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More